Seorang istri tidak akan berani walau hanya sekedar berfoto bergaya dengan lelaki lain, kalau sadar di dekatnya ada suaminya.
Justru karena merasa tidak diketahui, dan sedang tidak berada di dekat sedang tidak dilihat suaminya maka berani.
Pria berkelas tidak akan merebut wanita yang jelas2 telah memiliki pasangan yang sah. Begitupun wanita yang mempunyai marwah (dignity) tidak akan terlanjur dan bertindak bodoh, dengan mempersilakan, membiarkan pria lain masuk ke dalam kehidupannya, kecuali dibukakan pintu hatinya atau telah jelas2 berpisah.
Tak akan berani bersama pria/lelaki lain walau hanya sekedar berpose bergaya foto dengan lelaki lain. Apalagi kalau menyadari bahwa lelaki tersebut pun telah pula mengikat janji dengan pujaan hati.
Tembok yang Runtuh
Dina, seorang ASN di Dinas Pendidikan Kota P, hidup dalam pernikahan yang terasa monoton dan hampa bersama suaminya, Arif, seorang pengusaha kecil yang sibuk. Ketika liburan kantor membawanya ke Jogja, Dina bersama Rombongan dari Sekolahnya. Adalah Raka seorang pegawai honorer di kantornya yang penuh pesona dan jiwa bebas, menggoda dan merayunya.
Di antara jalanan Malioboro, candi-candi tua, dan hujan Jogja yang romantis, hubungan terlarang mereka mulai tumbuh. Namun, bayang-bayang keluarga, tanggung jawab, dan rasa bersalah mengintai, memaksa Dina memilih antara hati yang bergetar dan kehidupan yang sudah dia bangun.
BACA EDISI SELANJUTNYA >> DI SINI
