Ombak Bono terletak di Muara (Kuala) Sungai Kampar, tepatnya di Desa Teluk Meranti dan Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia.
Fenomena ombak ini juga terjadi di Muara Sungai Rokan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, namun ombak di Sungai Kampar (disebut Bono Jantan) lebih besar dibandingkan di Sungai Rokan (disebut Bono Betina).
Lokasi terbaik untuk melihat atau berselancar di Ombak Bono adalah di sekitar Pulau Muda atau Muara Sungai Serkap menuju Desa Teluk Meranti.
Ombak Bono memiliki beberapa nama yang digunakan secara lokal dan berdasarkan konteks budaya atau lokasi. Berikut adalah macam-macam nama yang terkait dengan fenomena Ombak Bono:
Ombak Bono – Nama umum yang digunakan secara luas untuk menggambarkan gelombang pasang (tidal bore) di Sungai Kampar dan Sungai Rokan, Riau. “Bono” merujuk pada gelombang besar yang bergulung dengan suara menggelegar.
Bono Jantan – Nama khusus untuk Ombak Bono di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau. Disebut “jantan” karena gelombangnya lebih besar, kuat, dan panjang dibandingkan dengan yang ada di Sungai Rokan, sering mencapai tinggi 4–6 meter, bahkan hingga 10 meter.
Bono Betina – Nama untuk Ombak Bono di Sungai Rokan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Disebut “betina” karena gelombangnya lebih kecil dan kurang ganas dibandingkan Bono Jantan di Sungai Kampar.
Tujuh Hantu (Seven Ghosts) – Nama mitologis yang diberikan oleh masyarakat lokal, terutama suku Melayu, berdasarkan legenda Sentadu Gunung Laut. Gelombang ini dianggap seperti tujuh roh atau hantu yang menyebabkan gelombang besar dan berbahaya, yang konon pernah menenggelamkan perahu.
Nama-nama ini mencerminkan baik karakter fisik ombak maupun nilai budaya serta mitologi masyarakat setempat. Ombak Bono di Sungai Kampar adalah yang paling terkenal dan sering disebut dalam konteks pariwisata dan olahraga selancar.
