Cerita “Waluh Kukus” yang sempat viral di platform Twitter (sekarang dikenal sebagai X) bermula dari sebuah thread yang dibagikan oleh pengguna @ainayed pada Juli 2021. Berikut adalah ringkasan cerita tersebut:
Latar Belakang: Penulis thread menceritakan masa kecilnya di mana keluarganya hidup dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas. Ibunya bekerja sebagai buruh serabutan untuk menghidupi keluarga tersebut.
Pekerjaan Ibunya: Suatu hari, ibunya dipekerjakan untuk membantu memanen waluh (atau labu kuning). Sebagai upah, dia diberikan dua buah waluh. Waluh ini kemudian dibiarkan hingga matang dan akhirnya digunakan untuk membuat takjil berupa waluh kukus.
Harapan Ibu: Ibunya merasa sangat bahagia dan bangga, yakin bahwa waluh kukus yang dibuatnya akan disukai oleh anak-anak yang sedang tadarus di langgar.
Kenyataannya: Ketika waluh kukus tersebut dibawa ke langgar, hanya satu atau dua anak yang mengambilnya. Sisanya banyak yang ragu atau tidak memakannya.
Yati: Salah satu anak di langgar bernama Yati, yang lebih senior, dengan sinis mengomentari bentuk waluh kukus dengan kata-kata yang menyakitkan, mengatakan bahwa bentuknya seperti kotoran dan tidak layak diberikan kepada orang lain. Ini membuat penulis thread marah dan membentak Yati.
Akhir Cerita: Waluh kukus yang tersisa banyak, penulis thread memilih untuk memakannya sendirian di samping langgar hingga perutnya penuh. Namun, perjalanan pulang membuatnya terjatuh, dan waluh yang sudah kotor itu harus dia bawa pulang. Ia pun mengarang cerita bahwa waluh habis dimakan anak-anak agar ibunya tidak kecewa. Sejak peristiwa itu, penulis thread mengaku tidak pernah memakan waluh kukus lagi.
Cerita ini menyentuh banyak hati pengguna X (Twitter) karena mencerminkan perasaan malu, kegagalan, dan usaha seorang ibu untuk memberikan yang terbaik dalam situasi yang sulit. Banyak yang merasa terhubung dengan cerita ini karena kesedihan dan sentimen emosional yang terkandung di dalamnya.