Berikut adalah profil dan biodata Jenderal TNI (Purnawirawan) Try Sutrisno berdasarkan informasi yang tersedia, mohon dikoreksi kalau ada yang keliru atau salah:
Biodata Pribadi
Nama Lengkap: Jenderal TNI (Purn.) H. Try Sutrisno
Tanggal Lahir: 15 November 1935
Tempat Lahir: Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda (sekarang Indonesia)
Agama: Islam
Istri: Tuti Sutiawati (menikah pada 21 Januari 1961)
Anak: 7 orang (4 putra, 3 putri), salah satunya Mayor Jenderal TNI Kunto Arief Wibowo
Orang Tua:
Ayah: Subandi (sopir ambulans Dinas Kesehatan Kota Surabaya, berasal dari Garut, Jawa Barat)
Ibu: Mardiyah (ibu rumah tangga, berasal dari Surabaya)
Latar Belakang Keluarga
Try Sutrisno adalah anak ketiga dari enam bersaudara, dibesarkan dalam keluarga sederhana di lingkungan santri di Gang Genteng Bandar Lor, Surabaya. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, keluarganya pindah ke Mojokerto karena situasi perang. Di sana, ayahnya bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Poncowati, dan Try muda membantu ekonomi keluarga dengan berjualan rokok dan koran. Ia juga dikenal sebagai anak yang rajin mengaji, menyapu masjid, dan memiliki jiwa petarung di masa kecil.
Pendidikan
Pendidikan Umum:
Sekolah Dasar: Mojokerto (1942–1950)
Sekolah Menengah Pertama: Mojokerto (1950–1953)
Sekolah Menengah Atas (Bagian B): Surabaya (1953–1956)
Pendidikan Militer:
Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad), lulus pada 1959
Karier Militer
Try Sutrisno memiliki karier militer yang cemerlang, ditandai dengan berbagai jabatan strategis:
1956: Memulai karier sebagai taruna Atekad.
1957: Pengalaman tempur pertama melawan Pemberontakan PRRI di Sumatra.
1962: Terlibat dalam Operasi Pembebasan Irian Barat, berkenalan dengan Mayor Jenderal Soeharto (Panglima Komando Mandala).
1974–1978: Ajudan Presiden Soeharto, menandai awal kenaikan karier yang signifikan.
1978: Kepala Komando Daerah Staf KODAM XVI/Udayana.
1979: Panglima Daerah KODAM IV/Sriwijaya.
1983: Panglima Daerah KODAM V/Jaya.
1985: Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) dengan pangkat Letnan Jenderal TNI.
1986–1988: Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), menggantikan Jenderal TNI Rudhini. Selama periode ini, ia mendirikan Badan Tabungan Wajib Perumahan TNI-AD untuk memfasilitasi perumahan prajurit.
1988–1993: Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab), menggantikan Jenderal TNI L.B. Moerdani. Memimpin ABRI (TNI AD, AL, AU, dan Polri) dan menangani berbagai konflik, seperti pemberontakan separatis di Aceh (berhasil ditekan pada 1992), Insiden Talangsari (1989), dan protes di Timor Timur (1991). Ia juga diangkat sebagai warga kehormatan Korps Marinir pada 15 November 1990.
Karier Politik
1993–1998: Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6, mendampingi Presiden Soeharto. Try dilantik pada 11 Maret 1993 setelah disetujui oleh MPR, menggantikan Sudharmono. Masa jabatannya berakhir pada 10 Maret 1998, digantikan oleh B.J. Habibie. Selama menjabat, ia dikenal sebagai negarawan yang jujur, bersahaja, dan berdedikasi tinggi, meskipun hubungannya dengan Soeharto kurang harmonis. Soeharto jarang melibatkan Try dalam pengambilan keputusan penting, seperti pembentukan kabinet, dan bahkan mengabaikannya dalam beberapa kesempatan, misalnya saat menugaskan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono untuk tugas presiden selama kunjungan ke Jerman (1997).
Aktivitas Pasca-Pensiun
1998–2003: Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri), berhasil menyatukan organisasi purnawirawan dari berbagai angkatan.
2005: Bersama Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, dan Akbar Tanjung, membentuk Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu untuk mengkritik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terkait nota kesepahaman dengan GAM.
Saat ini: Menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Try juga aktif dalam kegiatan purnawirawan TNI, termasuk menyampaikan pandangan tentang persatuan dan ideologi negara. Pada April 2025, ia bersama Forum Purnawirawan Prajurit TNI menandatangani pernyataan sikap yang menuntut penggantian Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melalui MPR.
Penghargaan dan Tanda Jasa
Try Sutrisno menerima sejumlah penghargaan, termasuk:
Bintang Republik Indonesia
Bintang Mahaputera
Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang (Brunei)
Commander of the Philippine Legion of Honor (Filipina)
Grand Decoration of Honour in Gold with Sash (Austria)
Order of The Yugoslav Flag With Golden Star (Yugoslavia)
Das Grosse Verdienstkreuz Mit Stern (Jerman)
The Most Noble Order of The Crown of Thailand (Thailand)
Karakter dan Kontribusi
Try Sutrisno dikenal sebagai sosok sederhana, loyal, dan teguh pada prinsip. Ia pernah mencicil rumah selama 15 tahun setelah pensiun dari Panglima ABRI, menunjukkan kesederhanaannya. Ia juga sering menyerahkan rumah dinas kepada prajurit lain yang lebih membutuhkan.
Pak Try dihormati sebagai jenderal senior, sebagaimana ditunjukkan oleh sikap Presiden Prabowo Subianto yang memberi hormat dan mencium tangannya pada Februari 2025. Ia juga aktif menyampaikan pesan nasionalisme, seperti dalam silaturahmi purnawirawan TNI AD (2022), menekankan pentingnya regenerasi dan pendidikan Pancasila.
Catatan Tambahan
Bpk Try Sutrisno sempat menjadi sorotan pada Oktober 2024 karena isu tidak disalami Presiden Joko Widodo saat HUT TNI ke-79, namun Istana mengklarifikasi bahwa Jokowi telah bersalaman di ruang VVIP.
Salah satu putranya, Mayor Jenderal TNI Kunto Arief Wibowo, saat ini menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I).
Demikian profil dan biodata Try Sutrisno. Jika ada informasi yang kliru atau mau dibetulkan, silakan beri tahu kami di Email: redaksi@minda.tv