“Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu” adalah film drama romansa Indonesia tahun 2024 yang diadaptasi dari buku kumpulan kutipan karya Pidi Baiq. Disutradarai oleh Kuntz Agus dan diproduksi oleh MVP Pictures, film ini mengambil latar Yogyakarta pada tahun 1998, masa reformasi yang penuh ketegangan sosial dan politik.
Sinopsis Film “Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu”
Film berdurasi 1 jam 39 menit ini dibintangi oleh Ajil Ditto (Sadali), Adinia Wirasti (Mera), dan Hanggini (Arnaza), serta aktor pendukung seperti Faiz Vishal, Ciara Nadine Brosnan, Wina Marrino, Joni Asman, dan Gracia JKT48.
Cerita berpusat pada Sadali, seorang pemuda idealis dari Bukittinggi, Sumatera Barat, yang bercita-cita menjadi pelukis dan melanjutkan studi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, jurusan Seni Rupa.
Sebelum berangkat, Sadali menjalani proses taaruf dan bertunangan dengan Arnaza, seorang gadis desa yang polos dan setia. Keduanya langsung saling menyukai, dan keluarga mereka mengadakan pertunangan sebagai komitmen sebelum Sadali pergi.
Di Yogyakarta, Sadali tinggal di rumah kos yang juga berfungsi sebagai restoran dan galeri seni milik Mera, seorang wanita yang lebih tua, sedang dalam proses perceraian, dan memiliki seorang putri. Mera, seorang aktivis seni yang kompleks, menarik perhatian Sadali dengan pandangan hidupnya yang luas dan semangatnya dalam dunia seni.
Sadali mulai jatuh cinta pada Mera, yang menjadi personifikasi mimpinya, meskipun ia terikat janji dengan Arnaza. Dilema cinta segitiga ini diperumit oleh latar belakang sosial-politik era reformasi dan stigma sosial, terutama terhadap hubungan Mera dengan pria yang jauh lebih muda. Konflik personal Sadali, Mera, dan Arnaza berkelindan dengan dunia seni rupa, menciptakan kisah cinta yang penuh emosi, tantangan, dan refleksi tentang jati diri.
Review Film
“Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu” berhasil menyajikan romansa yang manis namun kompleks, dengan pengemasan estetik yang memanjakan mata. Visual film ini, seperti adegan Sadali dan Mera di depan mobil diterangi lampu saat subuh, menunjukkan komposisi yang rapi, pencahayaan sempurna, dan sinematografi yang terasa “high-effort.” Latar Yogyakarta 1998, dengan nuansa reformasi dan dunia seni, memperkaya cerita, memberikan kedalaman emosional dan konteks sosial yang kuat.
Kelebihan:
Akting dan Chemistry: Adinia Wirasti sebagai Mera tampil memukau, menghidupkan karakter yang anggun, kompleks, dan natural tanpa mengandalkan klise. Ia berhasil memerankan seorang ibu muda yang penuh dilema dengan emosi yang mendalam. Chemistry antara Ajil Ditto dan Adinia Wirasti terasa jujur dan manis, menciptakan momen romansa yang mengesankan tanpa berlebihan. Hanggini sebagai Arnaza, meski dengan screentime lebih sedikit, juga menonjol dengan portrayal yang tulus sebagai gadis kasmaran.
Tema dan Narasi: Film ini mengeksplorasi tema cinta segitiga, romansa beda usia, dan pencarian jati diri dengan pendekatan yang manusiawi. Dialognya tidak dibuat-buat, dan gombalan ala Pidi Baiq menambah pesona. Cerita juga menggambarkan bagaimana masa lalu membentuk seseorang, dengan konflik yang relate bagi banyak penonton.
Estetika dan Suasana:
Penggambaran Yogyakarta 1998, dunia seni rupa, dan nuansa reformasi memberikan atmosfer yang kaya. Film ini berhasil menyeimbangkan romansa dengan elemen budaya dan sejarah.
Kekurangan:
Karakterisasi Sadali: Ajil Ditto, meskipun menunjukkan potensi, dinilai kurang mampu mengimbangi intensitas emosional Adinia Wirasti dan Hanggini. Peran Sadali sebagai pelukis idealis dengan tendensi playboy terasa menantang baginya, membuat karakternya kurang kuat di beberapa momen.
Alur Konvensional: Meskipun estetik, alur cerita cenderung konvensional dan dapat ditebak, terutama bagi penonton yang sudah familiar dengan drama romansa. Fokus pada Sadali dan Mera membuat Arnaza sedikit tersisih, meskipun keberadaannya tetap relevan sebagai bayang-bayang komitmen Sadali.
Akhir Cerita: Beberapa penonton, seperti yang diungkapkan di X, merasa ending film kurang memuaskan karena bersifat sad ending, meskipun film ini membuka potensi untuk sekuel.
Resepsi Penonton:
Berdasarkan postingan di X, film ini mendapat respons positif untuk chemistry antar tokoh, dialog natural, dan suasana Yogyakarta yang apik.
Seorang pengguna memberi rating 7.5/10, menyebutnya sebagai salah satu film Indonesia yang keren dengan standar tinggi, meskipun film sejenis masih jarang.
Namun, ada pula yang merasa ending kurang seru. Film ini juga dipuji karena menangkap emosi awkward dalam romansa beda usia dengan tepat.
Kesimpulan:
“Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu” adalah drama romansa yang emosional, estetik, dan kaya makna, dengan penampilan luar biasa dari Adinia Wirasti dan chemistry manis antar pemeran. Meskipun alur cerita agak konvensional dan karakter Sadali kurang maksimal, film ini tetap menarik sebagai refleksi tentang cinta, komitmen, dan jati diri. Cocok untuk pecinta genre romansa yang menginginkan kisah yang hangat namun penuh dilema. Film ini telah tayang di bioskop sejak 21 November 2024 dan tersedia di Netflix mulai 3 April 2025.
Rating: 7.5/10 (berdasarkan sentimen penonton dan ulasan).