Sinopsis Film Jumbo
Jumbo adalah film animasi petualangan fantasi Indonesia tahun 2025 yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy dalam debut penyutradaraannya.
Diproduksi oleh Visinema Studios bersama Springboard dan Anami Films, film ini mengisahkan Don, seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun yang sering dirundung karena tubuhnya yang besar, dijuluki “Jumbo” oleh teman-temannya.
Don memiliki buku dongeng berjudul Pulau Gelembung, warisan dari orang tuanya, yang menjadi sumber inspirasi dan pelarian dari dunia yang tidak ramah.
Untuk membuktikan kemampuannya, Don berencana mengikuti pertunjukan bakat dengan mementaskan sandiwara panggung berdasarkan buku tersebut.
Namun, buku itu dicuri oleh Atta, seorang perundung. Dalam keputusasaan, Don bertemu Meri, arwah gadis kecil yang mencari orang tuanya yang hilang.
Bersama sahabatnya, Nurman dan Mae, Don memulai petualangan penuh keajaiban untuk membantu Meri dan merebut kembali bukunya.
Film ini mengangkat tema perundungan, persahabatan, kehilangan, keberanian, dan penerimaan diri, dengan latar Kampung Seruni yang kental dengan nuansa Indonesia seperti perayaan 17 Agustus dan keberagaman etnis.
– Durasi: 1 jam 42 menit
– Rating: TV-PG
– Pengisi Suara:
Prince Poetiray sebagai Don
Quinn Salman sebagai Meri
Yusuf Özkan sebagai Nurman
Graciella Abigail sebagai Mae
M. Adhiyat sebagai Atta
Bunga Citra Lestari sebagai Ibu Don
Ariel Noah sebagai Ayah Don
Ratna Riantiarno sebagai Oma
Cinta Laura, Angga Yunanda, Kiki Narendra, dan lainnya.
Review Film Jumbo
Jumbo telah menuai pujian luas sebagai pencapaian baru bagi animasi Indonesia, dengan kualitas visual dan narasi yang disejajarkan dengan standar internasional seperti film Pixar, namun tetap mempertahankan cita rasa lokal yang autentik. Berikut adalah ulasan berdasarkan aspek utama film ini:
Kualitas Animasi
Animasi Jumbo menjadi sorotan utama, dengan detail visual yang kaya, mulai dari tekstur kain, rambut, hingga pantulan cahaya di genangan air. Warna pastel dan palet cerah menciptakan atmosfer hangat yang mengingatkan pada dongeng sebelum tidur. Latar Kampung Seruni, dengan elemen seperti panjat pinang, gerobak dorong, dan perumahan padat, terasa akrab dan autentik bagi penonton Indonesia. Produksi selama lima tahun oleh lebih dari 420 kreator lokal, didukung studio seperti Afterlab dan Ayena Studio, menghasilkan animasi yang halus, ekspresif, dan memanjakan mata. Banyak reviewer menyatakan kekaguman atas kualitas teknis yang tidak kalah dengan animasi internasional. @zicostian
Narasi dan Tema
Cerita Jumbo berhasil memadukan humor, emosi, dan pesan moral yang mendalam tanpa terasa menggurui.
Film ini mengeksplorasi tema berat seperti perundungan, kehilangan, trauma, dan korupsi lahan dengan pendekatan yang ramah anak, sehingga dapat dinikmati oleh semua usia. Karakter Don digambarkan bukan sebagai pahlawan sempurna, melainkan anak biasa yang belajar dari kesalahan, membuatnya relatable.
Karakter pendukung seperti Atta, yang awalnya antagonis, memiliki latar belakang kompleks yang menambah kedalaman narasi. Petualangan Don dan Meri, yang melibatkan unsur supranatural, membawa nuansa magis sekaligus menyentuh isu empati dan pendengaran terhadap cerita orang lain.
Beberapa reviewer mencatat alur pertengahan yang agak lambat, dan beberapa plot dianggap kurang cocok untuk anak-anak, seperti isu korupsi, tetapi secara keseluruhan, narasi dianggap rapi dan emosional, terutama pada klimaks yang mengharukan. @Kamaestungkara @zicostian
Pengisi Suara dan Musik
Deretan pengisi suara bertabur bintang, seperti Bunga Citra Lestari, Ariel Noah, dan pendatang baru Prince Poetiray, memberikan performa yang kuat dan menghidupkan karakter.
Lagu Selalu Ada di Nadimu oleh Bunga Citra Lestari menjadi sorotan karena memperkuat emosi di adegan penutup.
Skoring musik dan lagu-lagu lain, seperti Kumpul Bocah oleh MALIQ & D’Essentials, menambah kehangatan dan daya tarik musikal film ini. @mirlamiyan
Dampak dan Penerimaan
Jumbo mencatatkan sejarah sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa, dengan lebih dari 2 juta penonton dalam 11 hari dan pendapatan lebih dari $8 juta, melampaui rekor animasi Asia Tenggara seperti Mechamato Movie.
Film ini juga akan tayang di 17 negara, termasuk Rusia, Turki, dan Malaysia, mulai Juni 2025. Penonton dan kritikus memuji film ini sebagai karya ambisius yang membawa industri animasi lokal ke level baru, meskipun beberapa mengkritik plot yang terlalu padat atau kurang fokus.
Media sosial, seperti postingan di X, mencerminkan antusiasme tinggi, dengan banyak yang menyebut film ini “magis” dan “trauma healing” berkedok animasi anak. @TarizSolis @jackjackparrr
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
– Visual animasi berkelas dunia dengan detail lokal yang kuat.
– Narasi emosional yang menyeimbangkan humor, haru, dan pesan moral.
– Pengisi suara dan soundtrack yang memperkaya pengalaman menonton.
– Mengangkat isu sosial relevan seperti perundungan dan empati dengan sensitif.
Kekurangan:
– Alur pertengahan terasa lambat bagi sebagian penonton.
– Beberapa tema, seperti korupsi, dianggap terlalu berat untuk film anak.
– Plot tertentu kurang terintegrasi dengan baik, membuat cerita terasa padat. @zicostian
Kesimpulan:
Jumbo adalah karya monumental bagi perfilman animasi Indonesia, menggabungkan visual berkualitas tinggi, narasi yang hangat, dan pesan moral yang mendalam.
Film ini tidak hanya menghibur anak-anak, tetapi juga menyentuh hati orang dewasa dengan nostalgia dan refleksi tentang persahabatan, kehilangan, dan penerimaan diri.
Meski ada ruang untuk perbaikan dalam alur dan penyederhanaan beberapa tema, Jumbo adalah bukti bahwa kreator Indonesia mampu bersaing di panggung global.
Cocok ditonton bersama keluarga di musim Lebaran, film ini layak mendapat rating 8.4/10 berdasarkan IMDb dan pujian luas dari penonton. @sir_amirsyarif
Rekomendasi: Tonton Jumbo di bioskop untuk merasakan pengalaman visual dan emosional yang memukau, terutama jika Anda mencari film keluarga yang bermakna.