Orang menggunakan anonimitas di X (sebelumnya Twitter) karena berbagai alasan, yang dapat dikelompokkan berdasarkan motivasi pribadi, sosial, dan politik. Berikut adalah penjelasan ringkas berdasarkan informasi yang tersedia:
Kebebasan Berekspresi:Anonimitas memungkinkan pengguna menyuarakan pendapat tanpa takut dihakimi atau menghadapi konsekuensi di kehidupan nyata. Ini sangat penting bagi mereka yang mengkritik pemerintah atau membahas isu sensitif seperti politik, korupsi, atau SARA, di mana represi atau ancaman bisa terjadi.
Privasi dan Keamanan:Dengan identitas tersembunyi, pengguna merasa lebih aman berbagi informasi atau curhat tanpa risiko dilacak atau dihukum, terutama di negara dengan sensor internet ketat. Akun anonim juga melindungi dari doxxing atau serangan pribadi.
Fleksibilitas Persona:X memungkinkan pengguna menciptakan “persona” tertentu, seperti akun pseudonim atau alter, untuk mengekspresikan minat spesifik (misalnya, fandom atau aktivisme) tanpa mengaitkannya dengan identitas asli. Akun seperti @aniesbubble
menunjukkan bagaimana anonimitas memfokuskan perhatian pada gagasan, bukan individu.
Aktivisme dan Perlawanan:Anonimitas mendukung gerakan perlawanan, seperti yang dilakukan kelompok hacktivis Anonymous, yang menggunakan platform untuk menentang sensor, korupsi, atau ketidakadilan. Akun autobase menfess juga memfasilitasi diskusi anonim tentang isu politik atau sosial, membangun solidaritas.
Konten Kontroversial atau Hiburan:Beberapa pengguna anonim memposting konten kontroversial (politik, gosip, atau hiburan) untuk menarik perhatian dan pengikut, karena sifatnya yang tidak dapat dilacak membuat mereka leluasa. Namun, ini juga bisa memicu penyebaran fitnah atau hoaks.
Budaya Platform: X memiliki sejarah panjang anonimitas, mulai dari forum seperti 4chan, yang mendorong pengguna untuk berinteraksi tanpa identitas. Ini menciptakan budaya di mana anonimitas dianggap wajar, bahkan untuk tujuan ringan seperti bercanda atau eksplorasi kreatif.
Risiko Anonimitas:
Meski memberi kebebasan, anonimitas juga memungkinkan perilaku negatif seperti trolling, pelecehan, atau propaganda, karena kurangnya akuntabilitas. Contohnya, serangan terkoordinasi via Telegram atau penyebaran hoaks selama pemilu.
Kesimpulan:
Orang memilih anonim di X untuk kebebasan berekspresi, privasi, aktivisme, atau sekadar eksplorasi kreatif. Namun, anonimitas adalah pedang bermata dua, yang bisa digunakan untuk tujuan positif seperti perlawanan sosial atau negatif seperti penyebaran misinformasi.