Potret Badut Jalanan Cilik, Tiap Hari Berangkat Pagi Buta, Bagi Tugas dengan Ibu untuk Cari Nafkah

Potret Badut Jalanan Cilik, Tiap Hari Berangkat Pagi Buta, Bagi Tugas dengan Ibu untuk Cari Nafkah

Di usianya yang sangat dini, Rehan harus turun ke jalan menjadi badut. Bangun pagi buta pun ia jabani agar bisa menghibur orang-orang yang pergi bekerja dan ia bisa mendapat pundi-pundi rupiah untuk membeli nasi bungkus dan membantu ekonomi keluarga.

Kisah Rehan Si Badut Cilik pertama kali dibagikan oleh akun Twitter @sandaranwaktu. Akun tersebut membagikan beberapa foto Rehan saat sedang duduk beristirahat di sebuah emperan toko. Saat itu suasana terlihat masih gelap dan matahari tampak belum terbit.

Foto: Twitter @sandaranwaktu
Bocah itu biasanya memang datang pagi-pagi buta dan akan beraksi di depan orang-orang yang berangkat bekerja di kawasan Jalan Gatot Subroto, Banjarmasin.

“Setiap hari, Rehan harus bangun pagi-pagi betul agar atraksinya bisa disaksikan oleh para pekerja kantoran dan warga di sekitar jalan Gatot Subroto,” tulis pemilik akun.

Foto: Twitter @sandaranwaktu
Rupanya, pekerjaan ini terpaksa dijalani Rehan lantaran ingin membantu sang ibu karena keluarganya kekurangan dari segi ekonomi.

“Menurut pengakuan Rehan, keputusannya menjadi badut jalanan didasari oleh motif ekonomi agar ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” lanjut akun tersebut.

Foto: Twitter @sandaranwaktu
Rehan dan ibunya harus berbagi tugas untuk mencari nafkah. Ibunya mencari nafkah untuk membayar sewa kontrakan, sedangkan penghasilan Rehan digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari.

“Ibunya yang bekerja serabutan hanya mampu mengumpulkan uang untuk membayar biaya sewa kontrakan. Jika ada rejeki berlebih, uang tersebut sengaja disisihkan untuk biaya sekolahnya.”

Meski berprofesi sebagai badut jalanan, namun kostum yang dipakai Rehan tidak gratis. Ia masih harus membayarnya dengan harga yang cukup mahal, namun Rehan enggan menyebutkan nilainya.

Penghasilan yang didapat Rehan dari menjadi badut tidaklah seberapa, namun bocah gigih itu tetap bersyukur. Setidaknya ia bisa membelikan nasi bungkus untuk ia dan ibunya.

Loading