Tanpa Ayah di Hari Ayah
(Catatan Seorang Istri yang Ditinggal Ayah-ayah Anaknya)
Hari itu belum lama setelah berpulangnya Ayah anak – anak kepangkuan Tuhan YME, dokter akhirnya memberikan kesimpulan akhir setelah rangkaian test selama berbulan bulan yang sangat melelahkan.
Dokter menyatakan Ade sebagai penyandang Autisme. Vonis yang cukup membuat saya sebagai wanita yang baru saja ditinggal suami sangat terguncang dan terpukul.
Hari itu saya mengurung diri di kamar, menangis sejadi-jadinya, histeris, menggerung – gerung beralaskan bantal berusaha agar tidak terlihat dan terdengar oleh anak – anak ataupun ibu saya.
Saya bersedih, saya terpukul
Hari itu saya merasa sangat tidak berdaya
Bagaikan setelah jatuh tertiban tangga
Saya bertanya dan terbata – bata kenapa semuanya terjadi beruntun tanpa henti.
Terpukul, takut akan ketidakmampuan saya dalam membesarkan anak – anak terutama Ade dengan kebutuhan khususnya. Terbayang bagaimana pelik dan ekstranya hidup kedepan sebagai orang tua tunggal.
Saya terseguk seguk membayangkan dan mempertanyakan bagaimana saya dapat menghidupi 5 orang kedepannya, dalam hal ini saya, 2 anak saya dan orang tua saya?
Bagaimana saya mampu menjadi tulang punggung?! Bagaimana saya dapat bersaing di dunia kerja sementara saya hanyalah lulusan SMK diantara jutaan orang dengan kualifikasi Pendidikan tinggi.
Untuk orang tua saya, walaupun mereka hidup dengan saya, kakak kakak saya masih berperan sangat aktif dalam membiayai kehidupan mereka. Kami berkolaborasi untuk memastikan mereka hidup layak