Menjadi ulama besar tetap membuat Hasan al-Bashri (selanjutnya ditulis Hasan) memilih hidup sederhana, termasuk dengan hanya tinggal di rumah susun.
Dikisahkan, ia memiliki seorang tetangga Nasrani yang rumahnya tepat berada di atas tempat tinggalnya.
Di rumah Nasrani itu terdapat kamar mandi. Karena konstruk bangunannya kurang kuat, lambat laun air merembes dari kamar kecil dan menetesi kediaman Hasan.
Tanpa memarahi, bahkan mengingatkan pun tidak, Hasan enggan mengatakan apapun kepada Nasrani.
Ia hanya meletakkan sebuah ember untuk menampung tetesan air yang tidak pernah berhenti.
Setiap malam ia rutin membuang ember yang sudah penuh dengan air tetesan, lalu ia letakkan lagi.
Hal itu dilakoninya selama dua puluh tahun. Sekali waktu Hasan jatuh sakit. Tetangga Nasrani itu pun menjenguknya.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan tetesan air yang sudah jelas berasal dari rumahnya.
Dengan perasaan tidak enak dan penuh bersalah, ia bertanya, Wahai Abu Sa’id, sudah berapa lama kau menanggung kesusahan dariku?”
“Sudah dua puluh tahun,” jawab Hasan dengan nada tenang tanpa perasaan kesal sedikit pun.
Seketika itu juga si tetangga Nasrani memotong ikat pinggangnya dan memeluk Islam. (Hani al-Hajj, Alfu Qishshatin wa Qishshah min Qashashihs Shalihin, tanpa tahun: 39).
Menuntun Majusi Masuk Islam